FEATURE: Angkat Mitos Buaya Gaib, Rizka Azizah Hayati Boyong Penghargaan | Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin

Kamis, 14 Juli 2022

FEATURE: Angkat Mitos Buaya Gaib, Rizka Azizah Hayati Boyong Penghargaan

Di atas meja dengan taplak putih itu tidak terhidang makan malam, melainkan terhampar kerangka besar kecoklatan semacam rongkongan dinosaurus. Rongkongan itu memenuhi seluruh bagian meja.

Musa Bastara | BERITABANJARMASIN.COM

Ekornya terjurai sampai ke bawah meja dan leher juga kepala menjulang ke atas. Gigi pada mulutnya tajam bergerigi. Jika diamati secara keseluruhan, itu ternyata rangka seekor buaya dengan panjang enam meter!

Tapi itu bukan fosil sungguhan, karena alih-alih tulang belulang, ternyata terbuat dari kain-kain limbah. Bercak kecoklatan di permukaan kain yang membikin ia kelihatan khas berasal dari warna alami karat besi. Menemani rongkongan besar itu, dua rangka kepala buaya teronggok di atas meja berbeda, sedangkan di dinding terlukis fosil seperti sisa-sisa penemuan prasejarah.

Itulah Magical Crocodile, karya seni instalasi garapan Rizka Azizah Hayati di perhelatan seni rupa akbar Artjog. Acara yang dihelat pada 7 Juli hingga 4 September 2022 di Jogja National Museum (JNM) itu, menampilkan karya seni dari 61 seniman lintas generasi.

Tahun ini, Artjog mengambil subtema Expanding Awareness tentang isu kesadaran dan inklusivitas, yang merupakan rangkaian Artjog XXMMII bertema Arts-in-Common yang digelar sejak 2019 dengan tematik ruang, waktu, dan kesadaran. Setelah dua tahun mesti berjalan secara daring akibat pandemi, Artjog tahun ini dibuka dengan format kunjung langsung untuk publik.

Pameran mencakup beberapa program terjadwal, seperti exhibition tour , meet the artist, weekly performance dan lokakarya. Pada acara pembukaan, diumumkan tiga penerima Young Artist Award Artjog MMXII. Salah satu penerimanya adalah Rizka Azizah Hayati, bersama Dzikra Afifah (24) dan Timoteus Anggawan Kusno (35).

Rizka Azizah Hayati (26) adalah seniman muda kelahiran Desa Bawahan Pasar, Mataraman, Kabupaten Banjar, dan kini banyak bergiat di Yogyakarta. Mitologi buaya gaib memang karib di daerahnya yang berjuluk negeri seribu sungai. Mitos itu sendiri sering jadi bahan cerita dalam berbagai versi, tapi paling sering dikaitkan sebagai penjaga sungai, atau jelmaan dari leluhur. Dulu, sungai menjadi sarana transportasi hingga berkembang jadi pusat kebudayaan.

Namun seturut perkembangannya, menurut Rizka, budaya sungai mulai ditinggalkan. Legenda manusia buaya sekarang cuma legenda manusia buaya. Tak lebih. "Ini semacam kritikan bagaimana kesakralan sungai (kita) sudah kurang ditakuti, bahkan cenderung diabaikan. Jadi manusia tidak takut lagi dan dengan santai membuang sampah ke sungai, serta segala macam," kata perempuan yang baru saja lulus dari studi seni rupa pascasarjana di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tersebut.

Meski aktif mengikuti pameran kolektif sejak 2018, Magical Crocodile adalah karya perdananya di Artjog. Selama setahun, ia melakukan riset untuk karya yang direncanakan sebagai karya berseri dengan tajuk Manusia Sungai ini. Ia yang lebih dikenal menghasilkan karya-karya lukisan, khususnya dengan gaya abstrak, pada kesempatan ini berusaha mengeksplorasi ke media yang bisa dibilang "tak lazim".

Kain kuning, misalnya, ia dapat dari makam-makam yang acap jadi penanda keramat tak jauh dari rumahnya. Kain putih diperoleh dari warisan sang kakek, sisa-sisa dari memandikan orang meninggal. Selain itu, mukena-mukena tak terpakai dan kelambu milik neneknya serta bahan-bahan tekstil lain, dimanfaatkan sebagai media buat karya instalasi keempatnya ini.

"Sudah izin dan dibolehkan, kemudian dikirim dari Banjar," katanya.

Teknik pewarnaan kain memakai besi berkarat atau dalam istilahnya disebut rust dyeing sudah dua tahun ia tekuni. Teknik ini ia terapkan pada Magical Crocodile bukan tanpa alasan. Teknik rust dyeing dipilih kata dia, untuk melambangkan cerita-cerita sakral dari budaya kita yang telah dilupakan.

Untuk bisa mengikuti pameran ini, ia mengirim proposal buat dua karya. Keduanya diterima, tapi ruangan yang diberikan ternyata tak bisa menampung du karya. Dengan begitu kemudian ia manfaatkan untuk satu karya saja.

Menurut Rizka, ia tak menyangka menang di penghargaan seniman muda ini. "Masuk Artjog saja sudah senang," ungkapnya. (musa/sip)

Posting Komentar

favourite category

...
test section describtion

Whatsapp Button works on Mobile Device only

close
pop up banner